Ketika
kita masih anak-anak, segala hal terlihat mungkin. Dunia terbentang luas dan
kita melihat masa depan sebagai pengalaman yang menyenangkan. Kita bisa
melakukan apa saja. Saya percaya bahwa kehidupan merupakan pengalaman, dan kebahagiaan merupakan
keadaan alami serta dimana posisi kita seharusnya.
Namun kita membiarkan banyak
hal merintangi kebahagiaan dan kebebasan kita. Dalam kehidupan kita, kita
menghadapi banyak tantangan, dan sayangnya, seringkali kita membiarkan tantangan
tersebut menghalangi jalan kita.
Dale Carnegie merupakan salah satu penulis
buku favorit saya. Salinan buku "How To Win A Friend & Influenced People" karangannya merupakan salah satu buku motivator terbaik bagi saya. Ia benar-benar tahu seberapa menantangnya perjalanan
yang kita lalui, dan ia menyediakan kita dengan beberapa panduan untuk memasuki
wilayah yang sedang kita coba untuk masuki.
Berikut ini merupakan beberapa perangkap
yang ia jabarkan menggunakan kata-katanya sendiri. Perangkap-perangkap berikut
dapat merampas kebahagiaan dan kebebasan kita jika kita membiarkannya.
Keadaan
“Bukan
apa yang kamu miliki, atau siapa dirimu, atau dimana kamu berada, atau apa
yang kamu lakukan yang membuat kamu itu bahagia. Namun adalah apa yang kamu pikirkan.”
Ketika Viktor Frankl mengalami penderitaan
yang amat sangat mendalam saat ia berada di kamp Nazi, ia menemukan bahwa
bukan dunia luar yang membuatnya merasa bahagia atau tidak; melainkan apa
yang dia pikirkan dalam kepalanya. Sudut pandang Frankl, yang ia tulis dalam
buku “Man’s Search for Meaning” adalah kita semua bertanggung jawab atas
pengalaman hidup kita. Dari Buddha yang mengatakan “kita adalah hasil pemikiran
kita sendiri”, hingga Earl Nightingale yang dalam bukunya “The Strangest
Secret” menulis bahwa “kamu akan menjadi seperti yang kamu pikirkan”. Ratusan
bahkan ribuan penulis dan pemikir telah mengutarakan hal yang sama. Kamulah
yang mengendalikan dirimu sendiri; sehingga jangan berikan kekuatanmu
kepada orang lain.
Kritik
”Setiap
orang bodoh bisa mengkritik, mengutuk, dan mengeluh – dan kebanyakan orang
berbuat demikian.”
Orang
seringkali mengkritik karena membuat kekeliruan dalam melakukan sesuatu
atau melakukan kesalahan. Saya terbiasa
menerima kritikan dan menganggap serius kritik-kritik tersebut. Namun ketika
saya benar-benar menerima fakta bahwa saya tidak sempurna dan bahwa saya juga
melakukan kesalahan (setiap saat!) sama seperti semua orang di dunia ini;
kehidupan saya berubah. Saya menjadi lebih percaya diri, berani mengambil risiko, dan yang paling
penting, saya berhenti merasa khawatir.
Ketika seseorang menuduh saya melakukan
kesalahan, saya biasanya berkata (setidaknya ke diri saya sendiri), ‘Ya, saya
melakukan kesalahan. Saya manusia dan saya tidak sempurna. Saya pelupa, tidak
konsisten, salah waktu. Tapi tahukah anda? Hal itu normal. Anda diperbolehkan
melakukan hal-hal yang saya sebutkan tadi.’ Dan saya juga ingat bahwa siapapun
yang menuduh saya sebenarnya sedang menunjuk diri mereka sendiri.
Tentu saja, kita harus melakukan refleksi dan
belajar dari kesalahan kita – melakukan kesalahan yang sama berulang kali bukan
merupakan hal yang baik – namun menerima kerapuhan dan memaafkan diri kita
sendiri merupakan poin penting untuk menjadi bahagia dan sukses. Jika kita
terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian kita; hal
itu sama saja dengan menyia-nyiakan kelebihan yang kita miliki.
Rasa Takut
”Lakukan
hal yang kamu takut untuk dilakukan dan teruskanlah. Langkah tersebut merupakan
cara tercepat dan terbaik untuk mengalahkan rasa takut.”
Sama seperti orang-orang pada umumnya, saya
merasa takut untuk berbicara di depan umum. Jantung saya berdetak kencang,
mulut saya terasa kering, tangan saya bergetar dan kulit saya terasa lembab.
Saya pikir tidak ada orang yang merasakan ketakutan yang saya alami ketika saya
harus berbicara di depan sekelompok orang. Saya lebih memilih berhadapan dengan
seekor singa yang kelaparan daripada harus berbicara di depan orang-orang
berdurasi 5 menit. Namun saya tetap harus melakukannya karena merupakan bagian
dari pekerjaan saya. Awalnya memang sangat-sangat tidak mengenakkan, tetapi
lama-lama saya menjadi terbiasa.
Saya menceritakan ini untuk memberikan
ilustrasi bahwa rasa takut merupakan sesuatu yang tidak nyata – rasa takut bisa
diatasi. Namun satu-satunya cara untuk mengatasi rasa takut adalah dengan
menghadapinya. Anda bisa menjalani hidup anda dalam rasa takut, atau
mengatasinya.
Kita semua tahu bahwa akhirnya tidak ada satu
pun yang kita lakukan yang benar-benar berarti. Dalam 100 tahun kita akan
meninggal dan terkubur. Dalam 1000 tahun tidak ada seorang pun yang mengingat
kita. Dalam 1 juta tahun ras manusia mungkin sudah musnah. Sehingga kita harus
memanfaatkan setiap hari yang ada selama ada waktu! Jangan biarkan rasa takut
menguasai diri anda. Hadapi rasa takut anda; lakukan apa yang anda takuti dan
anda akan mengubah kehidupan anda.
Bermimpi
”Salah
satu hal tragis yang saya ketahui tentang manusia adalah kita cenderung menunda
kehidupan. Kita memimpikan sebuah taman bunga di horison dan melupakan mawar
yang mekar di luar jendela kita hari ini.”
Tanpa mimpi, kehidupan tidak berarti apa-apa.
Merupakan sebuah tragedi ketika kebanyakan dari kita membiarkan kehidupan
menghancurkan impian kita. Ada kalanya kita memimpikan hal-hal besar dan
fantastis – masa tersebut terjadi ketika kita merasa semua hal mungkin terjadi,
ketika kita melihat hal-hal indah yang ada di dunia. Namun impian harus
menuntun kita ke suatu tempat. Impian bisa menjadi penunjuk arah dan bisa
memberikan kesuksesan dan kebahagiaan jika kita mengikuti impian kita dengan
ketekunan.
Namun seringkali kita menjadi terperangkap ke
dalam halusinasi. Hari ini kita mempersiapkan diri untuk hari esok, dan
tindakan-tindakan serta pikiran kita hari ini membentuk masa depan kita, namun
hidup di dalam masa depan itu bukanlah sebuah pilihan jika kita ingin merasa
bahagia. Jika kita terbiasa hidup di taman bunga ajaib seperti yang diceritakan
Dale Carnegie, maka saat kita tiba disana, kita tidak akan mengenali tempat
tersebut dan kita tidak akan menikmati hasil yang kita raih.
Ketika kita melihat kembali semua pengalaman
yang telah kita alami, kita hanya memiliki diri kita sendiri untuk diberi
ucapan terima kasih, atau untuk disalahi, atas semua kebahagiaan dan kebebasan
yang kita raih. Pada dasarnya kita hanya memiliki diri kita sendiri. Namun
kenyataan tidak selalu seperti itu – kita bisa belajar dari orang lain yang
telah mengalami apa yang kita lalui dan membiarkan mereka menuntun kita.
Jangan lupa dikata-katain ya, biar kamu senang, hmm ... o_o